Syarat Pengetahuan Untuk Disebut Sebagai Ilmu Pengetahuan
Syarat Pengetahuan Untuk Disebut Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan tidak muncul secara mendadak, melainkan hadir melalui suatu proses mulai dari pengetahuan sehari-hari dengan melalui pengujian secara cermat dan pembuktian dengan teliti diperoleh suatu teori, dan pengujian suatu teori bisa dilakukan dan babak terakhir akan ditemukan hukum-hukum.Filsafat sebagai manifestasi ilmu pengetahuan telah meletakkan dasar-dasar tradisi intelektual yang diawali oleh filsuf-filsuf Yunani Kuno di abad ke 6 SM. Dalam perkembangannya filsafat mengantarkan lahirnya suatu konfigurasi yang menunjukkan bagaimana cabang-cabang ilmu pengetahuan melepaskan diri dari keterkaitannya dengan filsafat, yang masing-masing secara mandiri berkembang menurut metodologinya sendiri-sendiri.
Pengertian Ilmu
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
NS. Asmadi menyatakan Ilmu adalah proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan sekumpulan pengetahuan yang padat dan terkendali (metode ilmiah).
Charles Singer : Science is the process which makes knowledge. Ilmu merupakan (suatu proses yang membuat pengetahuan)
M. Izuddin Taufiq berpendapat bahwa Ilmu merupakan penelusuran informasi atau data lewat pengamatan, eksperimen dan pengkajian, dengan tujuan landasan dasar, menetapkan hakikat, ataupun asal usulnya.
Poespoprodjo meyatakan bawha ilmu merupakan proses memperbaiki diri secara terus menerus (bersinambungan) yakni meliputi perkembangan uji empiris dan teori.
Popper mengatakan bawah ilmu merupakan tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
Menurut DR. H. M. Gade, Ilmu merupakan falsafah. yaitu hasil pemikiran tentang kemungkinan batas-batas pengetahuan manusia.
Lalu, Francis Bacon menyatakan Ilmu merupakan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan dan satu-satunya pengetahuan yang valid.
Goldstein juga menyatakan bahawa Ilmu adalah cara melihat (memandang) dunia, mengubah dan memahaminya. Dalam segi kreativitas ilmu pengetahuan, keilmuan di jelaskan sebagai sistem berpikir yang melibatkan serangkaian aktivitas imajinatif ilmuwan dan kreatif dalam usaha mencari kebenaran.
Ilmu adalah adalah hal sistematis yang membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan serta prediksi yang dapat diuji melalui metode ilmiah tentang alam semesta (Mirriam Webster, 2018).
Ilmu terdiri dari dua hal, yaitu bagian utama dari pengetahuan, dan proses di mana pengetahuan itu dihasilkan.
Proses pengetahuan memberikan individu cara berpikir dan mengetahui dunia. Seringkali, individu hanya melihat komponen pertama dari ilmu, yaitu pengetahuan. Individu disajikan konsep-konsep ilmiah dalam bentuk pernyataan dengan sedikit latar belakang tentang proses yang mengarah pada pengetahuan itu dan mengapa individu dapat mempercayainya. Proses ilmiah adalah cara membangun pengetahuan dan membuat prediksi tentang dunia dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat diuji, misal pertanyaan
Sejarah tercetusnya ilmu berdasarkan buku Philosophy of Science yang ditulis oleh Alexander Bird (1998) menjelaskan bahwa pada sekitar tahun 1995 sempat terjadi perdebatan besar di Amerika terkait digunakannya ajaran agama di kitab suci atau ilmu yang dijadikan landasan tentang terbentuknya kehidupan dan alam semesta.
Masyarakat Amerika sangat berpegang teguh pada ajaran agama sebelum ilmu pengetahuan menguasai pola pikir mereka. Menurut mereka, apa yang sudah dicantumkan di kitab suci (Injil) itu tidak perlu diperdebatkan dan sudah pasti benar.
Bahkan, ilmu tentang terbentuknya kehidupan atau alam semesta dilarang diajarkan di sekolah karena dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Di sisi lain, para ahli tidak mau hanya mempercayai kitab suci tanpa mengetahui sendiri bagaimana proses pembentukan alam semesta. Mereka ingin mengetahui apakah ilmu juga bisa menjelaskan proses pembentukannya dan apakah ada perkembangan ilmu lagi yang bisa dipelajari setelah mempelajari bagaimana terbentuknya alam semesta.
Pada tahun 1925, Scopes melakukan percobaan dan pengamatan terhadap evolusi yang dikenal dengan percobaan Monkey. Scopes terbukti bersalah dan dihukum karena melakukan percobaan dan mengajarkan hasil eksperimennya ke sekolah-sekolah.
Scopes dianggap melanggar hukum yang sudah dicetuskan bahwa tidak boleh ada ilmu yang bertentangan dengan hukum agama, namun idealisme ilmu pengetahuan oleh para fundamentalis Kristiani ini tidak bertahan lama.
Pada tahun 1957 diluncurkanlah satelit buatan yang bernama Sputnik. Satelit ini menjadi bukti bahwa ilmu bisa memberikan kontribusi besar untuk peradaban manusia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa dengan ilmu, manusia bisa lebih tinggi derajatnya dibanding manusia yang tidak berilmu. Fundamentalis Kristiani mulai menyadari tentang pentingnya ilmu dan mereka sudah tidak boleh mengekang perkembangannya.
Pada perkembangannya, proses agar ilmu dapat diakui dan boleh berkembang bebas tidaklah mudah.
Banyak pertanyaan terkait dengan ilmu, seperti "Apa itu ilmu?", "Kapan suatu hal itu dianggap ilmiah?"
Disinilah filosofi atau filsafat dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Menurut penegak hukum yang saat itu menangani perdebatan antara ilmu dan agama, teori keilmuan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ada kendali dari hukum alam.
2. Harus ada penjelasan yang referensinya adalah dari hukum alam.
3. Bisa diuji untuk menanggapi atau menguji teori empiris.
4. Kesimpulannya masih bisa diperdebatkan dan bukan kesimpulan final.
5. Sesuatu bisa dikatakan ilmu jika bisa dimodifikasi.
Pengertian Pengetahuan
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan (Inggris: science; Arab: العِلْـمُ) adalah usaha-usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Gordon mengatakan bahwa pengetahuan adalah fakta prosedur yang dimana bila dilakukan akan memenuhi kinerja yang mungkin.
Heidegger mengatakan bahwa pengetahuan adalah peristiwa dimana memicu kesadaran manusia menjadi terang atau ada.
Minta Rahayu mengatakan, pengetahuan (knowledge) yang sudah disusun dengan sistematis dan berlaku secara umum.
Thomas Kuhn mengatakan pengetahuan merupakan suatu himpunan kegiatan/aktivitas yang banyak mendapatkan atau menghasilkan penemuan, baik dalam bentuk pengembangan ataupun penolakannya.
Van Puersen berpendapat bahwa pengetahuan yang telah terorganisasi, dengan metode dan sistem berusaha mencari hubungan-hubungan tetap di antara gejala-gejala.
Dr. Muarice Bucaille menyatakan bahwa pengetahuan merupakan kunci agar dapat mengungkapkan berbagai hal, baik dalam jangka waktu sebentar maupun jangka waktu yang lama.
Kemudian menurut Mulyadi Kartanegara, Ilmu pengetahuan secara bahasa adalah science berarti ” fakta atau keadaan” sering diambil dan mengetahui dalam makna pengetahuan (knowledge) yang kontras kepada kepercayaan dan intuisi.
Ilmu pengetahuan menurut Horton, P, B., dan Chester L, H merupakan upaya pencarian pengetahuan yang dapat diuji dan diandalkan, yang dilakukan secara sistematis menurut tahap-tahap yang teratur dan berdasarkan prinsip-prinsip serta prosedur tertentu sedangkan tekonologi adalah penerapan penemuan-penemuan ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah praktis.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya.
Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi, dengan kata lain ilmu terbentuk dari 3 cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi, jika ketiga cabang itu terpenuhi berarti sah dan diakui sebagai sebuah ilmu.
Ilmu alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Ciri – Ciri Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987) (dalam Surajiyo, 2010) mempunyai lima ciri pokok antara lain:
• Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
• Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur;
• Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi;
• Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedala bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu;
• Verifikatif, dapat diperiksa kebenaranya oleh siapapun juga.
Agar dapat diuraikan proses terbentuknya ilmu pengetahuan ilmiah, perlu terlebih dahulu diuraikan syarat-syarat ilmu pengetahuan ilmiah.
Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan (Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999, ilmu pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai suatu sistem.
2. Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian bersifat universal.
3. Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli lain. Tiga syarat ilmu pengetahuan tersebut telah diuraikan secara lengkap pada sub bab di atas.
Pandangan ini sejalan dengan pandangan Parsudi Suparlan yang menyatakan bahwa Metode Ilmiah adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Selanjutnya dinyatakan bahwa penelitian ilmiah dilakukan dengan berlandaskan pada metode ilmiah.
Sedangkan penelitian ilmiah harus dilakukan secara sistematik dan objektif (Suparlan P., 1994). Penelitian ilmiah sebagai pelaksanaan metode ilmiah harus sestematik dan objektif, sedang metode ilmiah merupakan suatu kerangka bagi terciptanya ilmu pengetahuan ilmiah. Maka jelaslah bahwa ilmu pengetahuan juga mempersyaratkan sistematik dan objektif.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusun sebagai berikut:
1. Ontologis, dapat diartikan sebagai hakikat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahannya, dengan kata lain ontologis merupakan objek formal dari suatu pengetahuan
2. Epistemologis, dapat diartikan sebagai cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh pengetahuan
3. Aksiologis, merupakan asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dialami atau yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari seseorang. Misalnya ,kelaparan ,kedinginan ,kekeringan. Itulah yang disebut sebagai pengetahuan, syarat syarat pengetahuan untuk disebut sebagai ilmu pengetahuan :
1. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
Sistematis maksudnya adalah mempunyai bentuk susunan dan aturan permainan yang jelas secara berurutan antara satu dengan yang lain. Misalnya suatu susunan coordinator suatu acara pernikahan atau suatu susunan struktur organisasi.
2. Logis
Logis adalah suatu cara penjelasan yang dapat dicerna oleh akal sehat atau masuk akal dan mungkin ada. Misalnya “mengapa air di sungai mengering?” “karena musim kemarau” penjelasan tersebut masih bisa masuk akal dan logis, tetapi jika jawabannya “karena setan yang meminumnya” maka penjelasan tersebut akan sangat sulit untuk diterima akal sehat, sehingga penjelasan tersebut tidak logis.
3. Metodis
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan.
Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Langkah – Langkah Metode Ilmiah :
• Menyusun Rumusan Masalah
• Menyusun Kerangka Teori
• Merumuskan Teori
• Melakukan Eksperimen
• Mengolah dan Menganalisis Data
• Menarik Kesimpulan
• Mempublikasikan Hasil
4. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.
Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
Objektif diberi pengertian bahwa kebenaran melekat pada bendanya dan bukan pada orang yang menilainya. Misalnya, seseorang mengukur berat 1 ember air seberat 1 kg, sedangkan jika orang lain mengukur benda tadi juga maka akan didapatkan hasil yang sama. Kebenaran tersebutlah yang disebut sebagai Kebenaran yang objektif.
Berbeda dengan subjektif ,yang kebenarannya berdasarkan penilaian seseorang. Misalnya Ani menilai Bani sangat tampan tetapi Cindy menilai Bani tidak terlalu tampan. Sehingga penilaian tentang Bani bersifat subjektif, karena semua kebenarannya tegantung orang yang menilainya.
5. Prediktif
Berarti memiliki kemampunan untuk memperkirakan atau memprediksi kejadian yang akan datang di kemudian hari.
Prediksi didalam ilmu pengetahuan adalah prediksi yang di dasarkan data yang dapat di percaya kebenarannya. Ilmu pengetahuan mempunyai kemampuan untuk memprediksi waktu yang akan datang. Misalnya, prakiraan cuaca dari BMKG untuk wilayah Indonesia.
6. Universal.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia.Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Belum ada Komentar untuk "Syarat Pengetahuan Untuk Disebut Sebagai Ilmu Pengetahuan"
Posting Komentar